Sabtu, 13 November 2010

Waspadai 11 Merek Air Mineral Kemasan Yang Mengandung Bakteri

Manusia tidak akan terlepas dari ancaman dari lingkungannya. Paparan makanan dan minuman tidak disadari banyak mengandung kuman, bakteri, zat perwarna ataupun bahan pengawet yang berbahaya. Demikian juga dengan ancaman kualitas Air Mineral Dalam kemasan (AMDK) dalam kemasan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat termasuk anak-anak. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia melakukan penelitian untuk meneliti kadar bakteri yang terkandung dalam minuman kemasan tersebut. Dari 21 merk minuman kemasan gelas yang diuji, 11 di antaranya ditemukan nilai ambang batas bakteri yang bermasalah.

Produk air minuman kemasan yang diteliti YLKI, tidak hanya pada produk yang terkenal masyarakat saja, tetapi juga diperiksa merk-merk yang tidak terkenal dan jarang terdengar di pasaran. Penelitian tersebut dilakukan YLKI pada sejak bulan Maret hingga Mei 2010. Sampel produk-produk air minuman itu mereka dapatkan dari pasar tradisional, swalayan, dan juga mal-mal.

Dari 11 merk air minum kemasan yang bermasalah tersebut, ditemukan total bakteri mencapai 10 ribu sampai 100 ribu koloni/mL. Padahal, menurut Standar SNI 01-3553-2006 kandungan mikrobiologi untuk air minum itu mulai dari 100 sampai dengan 100 ribu koloni/mL.

  • Dari 11 merk tersebut , ditemukan 9 yang mendekati ambang batas yang ditoleransi adalah :
    1. Pretige,
    2. Top Aqua,
    3. Air Max,
    4. Caspian,
    5. Club,
    6. Pasti Air,
    7. Vit,
    8. Prima,
    9. De As.


  • Sedangkan 2 AMDK yang yang memiliki kadar bakteri diatas ambang batas adalah : 1. Ron88. Air minum bermerek Ron 88 ini dikeluarkan PT Panfila Indosari.
    2.
    Sega. AMDK bermerek Sega dikeluarkan PT.Indotirta Jaya Abadi.

Dengan tanggal kadaluarsa yang beragam. Ada yang Januari 2011 sampai Oktober 2011. Bahkan air mineral yang terkandung bakteri itu tanggal kadaluarsanya masih jauh.

Terhadap 11 merk ini, YLKI sudah mencoba meminta klarifikasi. Tapi hanya merk yang mempunyai alamat langkap dan memberikan tanggapan.Anehnya dua produsennya tidak punya alamat padahal mereka punya nomer registrasi. Dari berbagai tanggapan yang diterima YLKI banyak yang positif terhadap penelitian yang dilakukan YLKI ini. Namun sayangnya, pihak produsen umumnya lebih menyalahkan nilai bakteri yang berkembang itu bertambah setelah usai masa produksi. Banyak yang positif, tapi ada juga yang negatif, kalau negatifnya, mereka umumnya menyalahkan pada saat proses distribusi dan proses penyimpanan dan penempatan pada saat prosuk tersebut sampaik ke penjual. Penjual yang membiarkan terkena matahari pasti bakteri akan berkembang.

YLKI berharap dengan penelitian ini, pihak produsen lebih bertanggung jawab. Karena sistem pengawasan produk mutlak sampai ke tangan konsumen. YLKI juga berpesan pada masyarakat untuk lebih mempertimbangkan pemilihan produk air minum kemasan. Produsen bertanggung jawab memenuhi standar keamanan dan keselataman. Masyarakat juga jangan karena memilih yang murak tapi tidak mempertimbangkan aspek kandungannya. Bagi instansi yang terkait seperti Departemen kesehatan, BPOM dan penegak hukum jika ada produsen nakal yang tidak memperbaiki dan bertanggung jawabdiharapkan diproses secara hukum dan diberikan sanksi yang menjerakan. Bila hal ini tidak dilakukan maka kesehatan banyak masuyarakat dipertaruhkan.

Batas kadaluarsa Tidak Ada

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dalam penelitiannya juga menemukan air minum kemasan gelas yang tidak mencantumkan batas waktu kadaluwarsanya. Padahal, setiap produk apapun harus mencatumkannya sesuai dengan Standar SNI Tanggal hanya ada di kotak, padahal harusnya di setiap kemasan.
Hal ganjil lain yang ditemukan YLKI adalah nomor registrasi yang tercantum dalam kotak air minum tidak sesuai dengan yang ada di kemasan. Bahkan di satu kota itu ada tiga nomer registrasi. Kemasan air minum yang diteliti, lanjut Ida, juga banyak yang sudah tidak layak lagi. Bahkan ada yang sudah bocor. Sebagian berwarna sudah kusam.

Sebenarnya masalah lain dalam kualitas air minum kemasan juga harus lebih diperhatikan pada air minum kemasan isi ulang. Seringkali air minum golongan ini lepas dari pengamatan YLKI dan BPOM.

Pencemaran Air Minum

Umumnya pencemaran dalam air minum dapat terjadi karena : pencemaran mikrobiologi, pencemaran organik, pencemaran anorganik, dan pencemaran lainnya yaitu kaporit atau klorin, detergen, bau-bauan dan lain-lain. Pencemaran Mikrobiologi, ini adalah jenis pencemar yang paling dikenal masyarakat pada umumnya. Yaitu pencemaran yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Bakteri yang paling sering ditemukan dalam air minum yaitu bakteri E. coli (Escherichia coli ). Pencemaran Organik, pencemaran yang disebabkan oleh racun kimia organik seperti pestisida, herbisida. Pencemaran Anorganik, pencemaran yang disebabkan zat padat yang tidak terlarut dalam air (TDS-Total Dissolved Solids) seperti Aluminium, Sulfat, Mangnesium; logam berat seperti tembaga, besi, arsen, timah hitam; Kapur, Asbestos dan Bahan Radio Aktif seperti Radium. Pencemaran lainnya yaitu kaporit atau klorin, detergen, bau-bauan dan lain-lain.

Bakteri Koliform

Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.

Penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri coliform. Mereka biasa ditemukan di saluran sistem pengolahan air. Bakteri ini merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya, coliform hidup di lingkungan sekitar kita dan dalam kotoran hewan berdarah panas dan manusia. Patogen dalam air kebanyakan berasal dari kotoran manusia atau hewan. Beberapa patogen yang telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah giardia lamblia (giardiasis), cryptosporidium (cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan helminths (cacing parasit).

Bakteri coliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform total, fecal coliform, dan E. coli. Masing-masing memiliki tingkat risiko yang berbeda. Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan dan tidak mungkin berasal dari pencemaran tinja. Sementara itu, fecal coliform dan E. coli terindikasi kuat diakibatkan oleh pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air. Bakteri fecal coliform atau E. coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya. Kondisi seperti ini mengharuskan pemerintah bertindak melalui penyuluhan kesehatan, investigasi, dan memberikan solusi untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air.

Ciri-ciri bakteri koliform antara lain bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif[[, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35 °C-37 °C. Contoh bakteri koliform antara lain Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dll. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia sehat adalah mual, nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada beberapa kasus bisakejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Teruslah anda berkomentar. Dengan berkomentar di KomputerUnik anda bisa menjadi pelanggan terbaik ..

Jangan Komentar yang mengandung SARA yah.....

KomputerUnik in Facebook

Pengikut

 
Di Edit Ku Aditiyo Eka Nugraha | KomputerUnik | Terima kasih kepada semua pendukung KomputerUnik