Gempa mengakibatkan tsunami yang menyapu kawasan pesisir Timur Laut negeri itu, khususnya yang berada dekat dengan episentrum. Gempa juga menghancurkan sejumlah bangunan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Jepang, gempa yang terjadi merupakan terdahsyat dalam kurun 140 tahun terakhir. Skalanya melampaui gempa besar di Kanto, Honshu, 1 September 1923. Saat itu, gempa yang membunuh sedikitnya 140 ribu warga di kawasan Tokyo hanya berkekuatan 7,9 SR.
Sebagai gambaran betapa dahsyatnya gempa kali ini, jika dibandingkan dengan gempa besar Kobe yang terjadi pada tahun 1995 lalu, skalanya jauh lebih besar. Ketika itu gempa Kobe hanya mencapai 7,2SR. Padahal, gempa Kobe memicu kerugian ekonomi hingga US$100 miliar dan diklaim sebagai bencana alam paling mahal sepanjang sejarah negeri Sakura.
Sama seperti Indonesia, Jepang merupakan salah satu negara yang sering mengalami gempa bumi karena terletak di wilayah lingkar api Pasifik. Bagi negara-negara di kawasan tersebut, gempa dengan skala besar bukanlah hal yang aneh.
Di negeri matahari terbit itu, menurut Kevin McCue, seismolog dan profesor dari Central Queensland University di Canberra, Australia, tujuh gempa bumi dengan magnitudo 8 skala richter telah mengguncang Jepang sejak tahun 1891 lalu.
Dan sama seperti beberapa gempa dahsyat terdahulu, gempa 11 Maret 2011 ini disebabkan oleh dorongan patahan (thrust faulting). Dalam kondisi demikian, bebatuan yang terletak di bagian bawah kerak bumi didorong ke atas lapisan lempeng bumi lainnya.
Dorongan ini terjadi di sepanjang atau di dekat perbatasan lempeng Pasifik, sebuah lempeng tektonik yang ada di dasar samudera Pasifik yang terus bergerak. Dan alasan mengapa frekuensi gempa dahsyat lebih tinggi di Jepang dibandingkan dengan di kawasan lain adalah karena laju pergerakan lempeng Pasifik di sekitar negeri itu lebih tinggi dibanding dengan di kawasan lain.
***
Menurut Pacific Tsunami Warning Center, arus tsunami yang dipicu gempa dahsyat di Sendai itu akan mengalir ke sejumlah negara lain khususnya mereka yang berada di kawasan samudera Pasifik. Mulai barat hingga tenggara Asia, Selandia Baru sampai negara di kawasan timur Amerika.
Meski demikian, tinggi tsunami yang mencapai sekitar 10 meter di Jepang tidak sampai merusak di kawasan-kawasan lain. Di Taiwan, peringatan tsunami telah dicabut karena gelombang tidak sampai mengakibatkan kerusakan. Namun penduduk di pesisir tetap diminta waspada akan adanya gelombang yang akan datang.
Di Indonesia, gelombang tsunami juga sudah tiba di wilayah Bitung (Sulawesi Utara) dan Halmahera (Maluku Utara). Beruntung, ketinggian gelombang tsunami di dua wilayah itu hanya sekitar 10 sentimeter. Adapun di kawasan Papua, ketinggian tsunami juga hanya sekitar 40 sentimeter.
Di Filipina, pemerintah mengevakuasi lebih dari 90 ribu warga yang tinggal di pesisir sejak Jumat sore. Menurut Jukes Nunez, petugas operasional dari Albay public safety and emergency management office south of Manila pada Wall Street Journal, pihaknya memperkirakan gelombang akan terus datang selama beberapa jam setelah gelombang pertama hadir dengan gelombang tertinggi akan mencapai sekitar satu meter.
Di Selandia Baru, aparat terkait memperingatkan bahwa jika tsunami terjadi, ia bisa tiba di kawasan utara negeri itu hingga Sabtu pukul 6 pagi hari waktu setempat. Negara itu tengah berupaya pulih dari bencana gempa bumi yang memporakporandakan Christchurch, kota terbesar kedua mereka pada bulan lalu.
***
Gempa bumi terjadi hanya beberapa menit sebelum penutupan perdagangan di Tokyo Stock Exchange sukses menurunkan indeks Nikkei sebesar 179,95 poin atau 1,7 persen menjadi 10.254,43. Penutupan ini merupakan level penutupan terendah sejak 31 Januari 2011. Serupa halnya yang terjadi dengan indeks berjangka Nikkei 225 yang ditutup turun 200 poin atau 1,9 persen pada level 10.170 di Osaka Securities Exchange.
Apa yang terjadi di bursa Jepang juga menjalar ke bursa Asia lainnya, Indeks saham Hong Kong, Hang Seng (HSI). misalnya, juga turun 1,8 persen dan Nikkei Futures di Singapura anjlok lebih dari tiga persen. Di pasar uang, seperti dilansir situs news.yahoo.com, kurs Yen jatuh ke 83,29 yen per dolar AS. Padahal sesaat sebelum gempa, posisinya ada di 82,80 yen per dolar AS.
Cerita serupa datang dari sektor industri. Hokuriku Electric Co., perusahaan pemasok energi mengumumkan penghentian semua reaktor nuklir Onagawa, Jepang, per Jumat 11 Maret 2011. Penutupan ini menyusul terjadinya gempa dan stunami. Namun, Hokuriku menyatakan, tidak ada kebocoran nuklir pada ketiga reaktor itu.
Dilansir dari kantor berita Jiji News, Electric Power Development (J-Power) juga menghentikan operasi pabrik tenaga panas bumi Isogo di Yokohama.
Gempa dan tsunami juga telah membakar kilang Chiba Cosmo Oil Co, Tokyo. JX Nippon Oil & Energy Corp menghentikan operasi di tiga kilang di Sendai, Kashima, dan Negishi.
Media Jepang juga melaporkan adanya kebakaran di pabrik baja JFE Holdings Inc di Chiba. Namun, JFE, perusahaan baja terbesar kelima dunia mengatakan tidak ada dampak besar atas kebakaran itu.
Primearth EV Energy Co Ltd, perusahaan patungan antara Panasonic Corp dan Toyota yang membuat baterai untuk kendaraan ramah lingkungan, juga menutup pabriknya. Tingkat kerusakan tidak jelas, namun seorang juru bicara mengatakan, kerusakan tampaknya tidak besar.
Gempa besar disusul gelombang tsunami juga membuat pemerintah terpaksa menutup beberapa bandara, termasuk bandara internasional Jepang, Narita. Berbagai penerbangan yang seharusnya mendarat di bandara ini sempat tertahan atau mengambil jalur lain.
Kantor berita Kyodo, Jumat, 11 Maret 2011 menyebutkan, bandara Narita yang merupakan gerbang internasional memasuki Jepang terpaksa ditutup untuk semua penerbangan. Semua penumpang dan pengunjung dievakuasi keluar gedung.
Bandara Ibaraki, terletak 80 kilometer dari Tokyo, atapnya runtuh diguncang gempa. Padahal bandara ini baru dibuka selama satu tahun. Dua dari empat jalur landasan pacu bandara Haneda, bandara tersibuk di Jepang, juga tidak bisa digunakan akibat rusak. Akibat penutupan ini, penerbangan internasional banyak yang tertahan atau merubah jalur penerbangan.
Gempa mengakibatkan tsunami yang menyapu kawasan pesisir Timur Laut negeri itu, khususnya yang berada dekat dengan episentrum. Gempa juga menghancurkan sejumlah bangunan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Jepang, gempa yang terjadi merupakan terdahsyat dalam kurun 140 tahun terakhir. Skalanya melampaui gempa besar di Kanto, Honshu, 1 September 1923. Saat itu, gempa yang membunuh sedikitnya 140 ribu warga di kawasan Tokyo hanya berkekuatan 7,9 SR.
Sebagai gambaran betapa dahsyatnya gempa kali ini, jika dibandingkan dengan gempa besar Kobe yang terjadi pada tahun 1995 lalu, skalanya jauh lebih besar. Ketika itu gempa Kobe hanya mencapai 7,2SR. Padahal, gempa Kobe memicu kerugian ekonomi hingga US$100 miliar dan diklaim sebagai bencana alam paling mahal sepanjang sejarah negeri Sakura.
Sama seperti Indonesia, Jepang merupakan salah satu negara yang sering mengalami gempa bumi karena terletak di wilayah lingkar api Pasifik. Bagi negara-negara di kawasan tersebut, gempa dengan skala besar bukanlah hal yang aneh.
Di negeri matahari terbit itu, menurut Kevin McCue, seismolog dan profesor dari Central Queensland University di Canberra, Australia, tujuh gempa bumi dengan magnitudo 8 skala richter telah mengguncang Jepang sejak tahun 1891 lalu.
Dan sama seperti beberapa gempa dahsyat terdahulu, gempa 11 Maret 2011 ini disebabkan oleh dorongan patahan (thrust faulting). Dalam kondisi demikian, bebatuan yang terletak di bagian bawah kerak bumi didorong ke atas lapisan lempeng bumi lainnya.
Dorongan ini terjadi di sepanjang atau di dekat perbatasan lempeng Pasifik, sebuah lempeng tektonik yang ada di dasar samudera Pasifik yang terus bergerak. Dan alasan mengapa frekuensi gempa dahsyat lebih tinggi di Jepang dibandingkan dengan di kawasan lain adalah karena laju pergerakan lempeng Pasifik di sekitar negeri itu lebih tinggi dibanding dengan di kawasan lain.
Meski demikian, tinggi tsunami yang mencapai sekitar 10 meter di Jepang tidak sampai merusak di kawasan-kawasan lain. Di Taiwan, peringatan tsunami telah dicabut karena gelombang tidak sampai mengakibatkan kerusakan. Namun penduduk di pesisir tetap diminta waspada akan adanya gelombang yang akan datang.
Di Indonesia, gelombang tsunami juga sudah tiba di wilayah Bitung (Sulawesi Utara) dan Halmahera (Maluku Utara). Beruntung, ketinggian gelombang tsunami di dua wilayah itu hanya sekitar 10 sentimeter. Adapun di kawasan Papua, ketinggian tsunami juga hanya sekitar 40 sentimeter.
Di Filipina, pemerintah mengevakuasi lebih dari 90 ribu warga yang tinggal di pesisir sejak Jumat sore. Menurut Jukes Nunez, petugas operasional dari Albay public safety and emergency management office south of Manila pada Wall Street Journal, pihaknya memperkirakan gelombang akan terus datang selama beberapa jam setelah gelombang pertama hadir dengan gelombang tertinggi akan mencapai sekitar satu meter.
Di Selandia Baru, aparat terkait memperingatkan bahwa jika tsunami terjadi, ia bisa tiba di kawasan utara negeri itu hingga Sabtu pukul 6 pagi hari waktu setempat. Negara itu tengah berupaya pulih dari bencana gempa bumi yang memporakporandakan Christchurch, kota terbesar kedua mereka pada bulan lalu.
Cerita serupa datang dari sektor industri. Hokuriku Electric Co., perusahaan pemasok energi mengumumkan penghentian semua reaktor nuklir Onagawa, Jepang, per Jumat 11 Maret 2011. Penutupan ini menyusul terjadinya gempa dan stunami. Namun, Hokuriku menyatakan, tidak ada kebocoran nuklir pada ketiga reaktor itu.
Dilansir dari kantor berita Jiji News, Electric Power Development (J-Power) juga menghentikan operasi pabrik tenaga panas bumi Isogo di Yokohama.
Gempa dan tsunami juga telah membakar kilang Chiba Cosmo Oil Co, Tokyo. JX Nippon Oil & Energy Corp menghentikan operasi di tiga kilang di Sendai, Kashima, dan Negishi.
Media Jepang juga melaporkan adanya kebakaran di pabrik baja JFE Holdings Inc di Chiba. Namun, JFE, perusahaan baja terbesar kelima dunia mengatakan tidak ada dampak besar atas kebakaran itu.
Primearth EV Energy Co Ltd, perusahaan patungan antara Panasonic Corp dan Toyota yang membuat baterai untuk kendaraan ramah lingkungan, juga menutup pabriknya. Tingkat kerusakan tidak jelas, namun seorang juru bicara mengatakan, kerusakan tampaknya tidak besar.
Gempa besar disusul gelombang tsunami juga membuat pemerintah terpaksa menutup beberapa bandara, termasuk bandara internasional Jepang, Narita. Berbagai penerbangan yang seharusnya mendarat di bandara ini sempat tertahan atau mengambil jalur lain.
Kantor berita Kyodo, Jumat, 11 Maret 2011 menyebutkan, bandara Narita yang merupakan gerbang internasional memasuki Jepang terpaksa ditutup untuk semua penerbangan. Semua penumpang dan pengunjung dievakuasi keluar gedung.
Bandara Ibaraki, terletak 80 kilometer dari Tokyo, atapnya runtuh diguncang gempa. Padahal bandara ini baru dibuka selama satu tahun. Dua dari empat jalur landasan pacu bandara Haneda, bandara tersibuk di Jepang, juga tidak bisa digunakan akibat rusak. Akibat penutupan ini, penerbangan internasional banyak yang tertahan atau merubah jalur penerbangan.